Ada krisis tersembunyi dalam
dunia pendidikan dewasa ini yang sedang merambat secara luas seperti kanker,
tanpa disadari, tanpa dideteksi secara pasti tetapi dapat menghancurkan masa
depan kehidupan dan demokrasi kita. Ada fenomena mendasar yang kurang disadari.
Para pembuat kebijakan (policy-makers)
telah mengajarkan anak-anak di ruang pendidikan untuk hanya mengejar profit, meningkatkan pelbagai skill yang bersifat teknis, melatih
generasi yang siap pakai untuk mengoperasikan perangkat-perangkat mesin
informatika, mengindoktrinisasi rumusan-rumusan pengetahuan yang bersifat
komprehensif, mewariskan dogma-dogam pendidikan yang normative. Ini semua
terjadi untuk menjawab tuntutan pasar global yang semakin tinggi.
Serbuan kapitalisme global
telah memungkinkan krisis dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang terlalu
teknis dan saintifik menggiring anak-anak kita untuk bermimpi tentang
peningkatan finansial dan pendapatan per
capita. Model pendidikan seperti ini menimbulkan silent crisis. Dimensi humaniora dan daya imajinatif yang kreatif
sedang ditumpulkan. Sebagai akibat, politik yang tidak rasional masuk dalam
tatanan jiwa pendidikan. Dan sesungguhnya kita sedang mengabaikan sesuatu yang
berharga, melupakan yang paling penting.
Birokratisasi kehidupan sosial
dan politik yang terlalu dogmatis, otoriter, dan komprehensif, dengan
sendirinya akan mematikan imajinatif kreatif manusia. Orang harus bertumbuh
dari ladang persemaian kreativitasnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pendidikan selalu terkait dan
terikat dengan aneka dimensi lain dalam kehidupan masyarakat, seperti sosial,
budaya, ekonomi, dan politik. Keterkaitan diantara mereka tersebut mengalami
fluktuasi menuju pada pola hubungan saling mempengaruhi antar mereka dengan
intensitas yang amat bervariasi. Lebih-lebih terhadap dimensi kehidupan politik,
keterkaitan praktek penyelenggaraan pendidikan dengannya mencakup segenap lini
termasuk pada wilayah yang amat penting yaitu kekuasaan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Paulo Freire, seorang ahli pendidikan berkebangsaan Brasil, yang
menyebutkan, “pendidikan selalu bersinggungan dengan kekuasaan”.
Ketika sebuah ideologi diterapkan dalam
rangka menggapai cita-citanya, sebenarnya mengharuskan adanya kekuasaan politik
yang memiliki kewenangan mengatur kehidupan tertentu dalam masyarakat; termasuk
di dalamnya adalah kehidupan atau pembangunan pendidikan. Sehingga pada tataran
inilah sesungguhnya pendidikan mengalami persinggungan dengan kekuasaan politik
dari negara. Bahkan juga dengan otonomisasi subjektif pada daerah, maka
pendidikan bisa terjadi pada pembagian kekuasaan untuk pengelolaan sumber
kepentingan di setiap daerah sehingga mengabaikan nilai-nilai pendidikan yang
ada di setiap daerah.
Tujuan pendidikan tidak semata-mata
untuk kapitalisme politik. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan ruang di mana
suara-suara yang aktif boleh bergema. Ilmu-ilmu pendidikan sebaiknya memiliki
dimensi humanistik. Orang perlu dididik untuk menjadi pencipta yang kreatif,
inovatif, dan kritis. Untuk itu perlu ada promosi untuk menyadarkan orang bahwa
ketika mereka menemukan saluran ide dan pemikiran mereka yang tepat, mereka
merasa bertanggung jawab dengan ide-ide dan pemikiran mereka sendiri.
Tema Hardiknas tahun 2014 ini
yakni Pendidikan Untuk Peradaban Indonesia yang Unggul. Selanjutnya dalam
sambutan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan “mengingatkan kita bahwa
pendidikan bukan hanya menyelesaikan atau menjawab persoalan-persoalan yang
sifatnya sangat teknis dan bersifat kekinian semata, melainkan lebih jauh dari
itu, yaitu bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah upaya memanusiakan manusia
untuk membangun peradaban yang unggul”.
Olehnya itu,
hendaknya mengoptimalkan kesanggupan berpikir tentang isu-isu politik yang aktual
sambil menguji, merefleksikan, bernalar, dan berbincang-bincang tanpa konflik
kepentingan tentang isu-isu tersebut. Pendidikan tidak berkaitan dengan
manipulasi pragmatis dan teknis semata. Pendidikan mengajarkan keterbukaan
untuk saling belajar. Keterbukaan dimana orang saling memadukan kekuatan.
Pendidikan menyiapkan manusia yang berbudi luhur, berhati lemnbut, dan berjiwa
halus agar ia lebih manusiawi, berempati, memiliki kesanggupan berpikir kritis,
kaya dengan imajinasi kreatif, mampu beradaptasi dengan pengalaman-pengalaman
hidup yang berbeda dan sanggup bertahan dalam kompleksitas persoalan hidup yang
rumit. Selamat hari Pendidikan Nasional, 02 Mei 2014.