Halaman

Kamis, 01 Mei 2014

KRISIS TERSEMBUNYI DALAM PENDIDIKAN (Refleksi Hardiknas, 02 Mei 2014)


Ada krisis tersembunyi dalam dunia pendidikan dewasa ini yang sedang merambat secara luas seperti kanker, tanpa disadari, tanpa dideteksi secara pasti tetapi dapat menghancurkan masa depan kehidupan dan demokrasi kita. Ada fenomena mendasar yang kurang disadari. Para pembuat kebijakan (policy-makers) telah mengajarkan anak-anak di ruang pendidikan untuk hanya mengejar profit, meningkatkan pelbagai skill yang bersifat teknis, melatih generasi yang siap pakai untuk mengoperasikan perangkat-perangkat mesin informatika, mengindoktrinisasi rumusan-rumusan pengetahuan yang bersifat komprehensif, mewariskan dogma-dogam pendidikan yang normative. Ini semua terjadi untuk menjawab tuntutan pasar global yang semakin tinggi.
Serbuan kapitalisme global telah memungkinkan krisis dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang terlalu teknis dan saintifik menggiring anak-anak kita untuk bermimpi tentang peningkatan finansial dan pendapatan per capita. Model pendidikan seperti ini menimbulkan silent crisis. Dimensi humaniora dan daya imajinatif yang kreatif sedang ditumpulkan. Sebagai akibat, politik yang tidak rasional masuk dalam tatanan jiwa pendidikan. Dan sesungguhnya kita sedang mengabaikan sesuatu yang berharga, melupakan yang paling penting.
Birokratisasi kehidupan sosial dan politik yang terlalu dogmatis, otoriter, dan komprehensif, dengan sendirinya akan mematikan imajinatif kreatif manusia. Orang harus bertumbuh dari ladang persemaian kreativitasnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pendidikan selalu terkait dan terikat dengan aneka dimensi lain dalam kehidupan masyarakat, seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Keterkaitan diantara mereka tersebut mengalami fluktuasi menuju pada pola hubungan saling mempengaruhi antar mereka dengan intensitas yang amat bervariasi. Lebih-lebih terhadap dimensi kehidupan politik, keterkaitan praktek penyelenggaraan pendidikan dengannya mencakup segenap lini termasuk pada wilayah yang amat penting yaitu kekuasaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Paulo Freire, seorang ahli pendidikan berkebangsaan Brasil, yang menyebutkan, “pendidikan selalu bersinggungan dengan kekuasaan”.
Ketika sebuah ideologi diterapkan dalam rangka menggapai cita-citanya, sebenarnya mengharuskan adanya kekuasaan politik yang memiliki kewenangan mengatur kehidupan tertentu dalam masyarakat; termasuk di dalamnya adalah kehidupan atau pembangunan pendidikan. Sehingga pada tataran inilah sesungguhnya pendidikan mengalami persinggungan dengan kekuasaan politik dari negara. Bahkan juga dengan otonomisasi subjektif pada daerah, maka pendidikan bisa terjadi pada pembagian kekuasaan untuk pengelolaan sumber kepentingan di setiap daerah sehingga mengabaikan nilai-nilai pendidikan yang ada di setiap daerah.
Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk kapitalisme politik. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan ruang di mana suara-suara yang aktif boleh bergema. Ilmu-ilmu pendidikan sebaiknya memiliki dimensi humanistik. Orang perlu dididik untuk menjadi pencipta yang kreatif, inovatif, dan kritis. Untuk itu perlu ada promosi untuk menyadarkan orang bahwa ketika mereka menemukan saluran ide dan pemikiran mereka yang tepat, mereka merasa bertanggung jawab dengan ide-ide dan pemikiran mereka sendiri.
Tema Hardiknas tahun 2014 ini yakni Pendidikan Untuk Peradaban Indonesia yang Unggul. Selanjutnya dalam sambutan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan “mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya menyelesaikan atau menjawab persoalan-persoalan yang sifatnya sangat teknis dan bersifat kekinian semata, melainkan lebih jauh dari itu, yaitu bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah upaya memanusiakan manusia untuk membangun peradaban yang unggul”.
Olehnya itu, hendaknya mengoptimalkan kesanggupan berpikir tentang isu-isu politik yang aktual sambil menguji, merefleksikan, bernalar, dan berbincang-bincang tanpa konflik kepentingan tentang isu-isu tersebut. Pendidikan tidak berkaitan dengan manipulasi pragmatis dan teknis semata. Pendidikan mengajarkan keterbukaan untuk saling belajar. Keterbukaan dimana orang saling memadukan kekuatan. Pendidikan menyiapkan manusia yang berbudi luhur, berhati lemnbut, dan berjiwa halus agar ia lebih manusiawi, berempati, memiliki kesanggupan berpikir kritis, kaya dengan imajinasi kreatif, mampu beradaptasi dengan pengalaman-pengalaman hidup yang berbeda dan sanggup bertahan dalam kompleksitas persoalan hidup yang rumit. Selamat hari Pendidikan Nasional, 02 Mei 2014.